Vaksin kedua di Dinsos kota Surabaya (1/7/2021) |
Pagi
di hari pertama, badan masih lelah. Tidak ada demam, meski nafas sedikit
terengah-engah disela-sela aktifitas ringan. Saya sengaja tidak mengumumkan kondisi
saya. Janji dengan relasi yang sudah tersusun, akhirnya sebagian besar dijadwal
ulang. Yang tidak mendesak untuk dilaksanakan segera saya batalkan. Masuklah secara
perlahan, kekosongan aktifitas harian yang menyiksa. Terbiasa padat jadwal, terisi
dengan komunikasi dengan relasi. Atau jadwal rapat berurutan dalam satu hari, baik
itu online maupun offline. Tiba-tiba saja hilang senyap. Isoman membuat
kegiatan harian tidak jauh-jauh dari : berolahraga, berjemur sinar matahari
pagi, makan menu sehat tiga kali sehari dan mengkonsumsi vitamin serta obat dari
dokter. Alhamdulillah terlepas dari rasa jenuh, kehilangan nuansa rutinitas
pra-covid. Mulai terbentuklah aktifitas baru selama isoman ini. Dan aktifitas yang paling banyak menyita waktu
adalah mengakses media sosial, hehehe… Mulai menikmati berbagai chanel Youtube tips
kebiasaan banyak orang sukses, laporan sajian olahraga dan konten musik, jadi
menu sarapan kedua. Mendesain dan memperbaiki konten Instagram maupun blog yang
selama ini “mangkrak” tiba-tiba jadi PR harian. Boring sih.. namun banyak
sekali manfaatnya. Sempat juga terbersit di pikiran, kalau aktifitas isolasi
mandiri yang kita lakukan saja sudah membuat bosan!? Bagaimana dengan aktifitas
tenaga kesehatan di luar sana ya??? Kalau
direnungkan, selama pandemi berlangsung, para nakes benar-benar menjadi pribadi yang perlu
diapresiasi tinggi-tinggi. Mengapa? Sebagai penjaga garis depan penanganan
pandemi covid-19, mereka layaknya prajurit yang harus patuh akan perintah. Dan…
siap kapan saja tertembak musuh, menemui ajal. Berita bahwa koridor banyak
rumah sakit penuh sesak, bukan hanya membuat miris para nakes. Khususnya
terkait tugas menangani limpahan pasien yang datang minta ditangani secara medis.
Kita pun sebagai pemirsa siaran pemberitaan media massa juga sedikit terpangaruh,
dengan tayangan yang sempat viral beberapa waktu lalu. Karena itu, saya berjanji sejak hari kedua isolasi mandiri, tidak akan membagikan berbagai tema negatif lewat
medsos yang saya miliki.
Konten
saya-pun berkisar di berita kemenangan dalam kompetisi olahraga dan banyak hal
inspiratif lainnya. Tak lupa ada banyak do’a dan harapan baik kepada Tuhan untuk menjaga para nakes
kami di garda depan selama pandemi berlangsung. Tanpa saya sadari kebutuhan
paket data naik drastis selama isoman ini. Saya tergelitik promo GOKIL MAX di medsos! Paket data yang
dibandrol tiga puluh ribu perak sangat ekonomis buat kantong pelaku isoman
macam saya, hehehe…. Dan kuota 90 GB-nya itu ugal-ugalan dan sangat memanjakan
warganet. Berawal dari keppo, sayapun segera mengunduh aplikasi MySmartfren
(apps. MySF) di playstore. Tujuannya adalah memudahkan saya dalam berlangganan
paket data GOKIL MAX. Tidak terlalu mengecewakan sih.. kualitas paket datanya.
Kalau kalian mau semudah saya berlangganan paket ini, saya rekomendasi download
juga apps. MySF, apalagi ada challenge berhadiah di periode tanggal 20 Juli – 31 Agustus
2021 lho! Mulai dari bonus pulsa sampai hadiah rumah! Wow.. wow.. wow..
beruntung banget ya kalau bisa dapat rumah, hehehe.. Nah, yang menarik bagi saya
adalah hadiah HP REDMI 8A Pro. Maklum REDMI seri 5, punya saya sudah mulai
harus sering dibersihkan memori videonya. Kalau tidak, unggahan konten saya ke
Instagram akan lama pakai banget nantinya! Akhirnya isolasi mandiri yang saya lakukan
telah berhasil melalui hari kesepuluh. Kondisi badan saya pasca vaksin kedua
mulai membaik. Hasil PCR-pun menegaskan saya boleh beraktifitas normal kembali.
Meskipun tetap harus mengedepankan protokol kesehatan. Dari pengalaman ini, saya
kemudian berandai-andai. Saat Pemerintah kembali mengedepankan UUD 1945, dimana
salah satu amanatnya adalah mensejahterakan rakyatnya. Maka, tahun-tahun mendatang
kelayakan fasilitas kesehatan di Republik ini, harus semakin berkualitas pelayanannya.
Jaminan kesehatan bagi seluruh anak bangsa-pun harus mulai dipenuhi oleh negara. Sehingga
warga kurang mampu-pun tidak harus termakan paradigma “sakit hanya buat orang
mampu (baca : kaya)” Aammiin.. (CBon)
(berdasarkan
pengalaman nyata yang kami alami sebagai penyintas covid 19)
Mantap
ReplyDeletebarokah dari NYA buat sang penulis
ReplyDelete