Wednesday, July 28, 2021

Vaksin kedua di Dinsos kota Surabaya (1/7/2021)

Surabaya - Aku terlahir di kota pahlawan, tepat lima belas tahun pasca Dekrit Presiden 5 Juli yang salah satu isi substansi peristiwa tersebut adalah Pemerintah NKRI kembali kepada UUD 1945. Beranjak ke masa kini, pada tanggal 1 Juli kemarin, bertempat di aula Dinas Sosial kota Surabaya vaksin kedua saya jalani sebagai fasilitas kesehatan yang  kudapat dari negara-ku. Bersamaan itu rizki lain kudapat,  tepat di hari ulang tahun (5/7/2021). Empat hari pasca vaksin, hasil tes antigen menunjukkan saya terpapar covid 19. Dikuatkan dengan data PCR tanggal sembilan Juli kudapati fakta CT value-ku hanya berkisar di angka 26/28. CT diterjemahkan dengan Cycle Treshold, CT Value <29 adalah reaksi positif kuat yang berarti jumlah partikel virus yang terdeteksi dalam tubuh yang diambil sample, cukup banyak. Bebekal dua tes tersebut, maka dapat dipastikan kondisi tubuh saya terkonfirmasi virus corona. Alhamdulillah seperti penghasilan dan kebebasan beraktifitas dalam kehidupan keseharian. Penyakit ini-pun kuanggap bagian rezeki dari Allah. Saat positif terpapar virus corona dunia-ku langung berhenti. Aktifitasku yang seabreg banyaknya tiba-tiba seperti di-rem mendadak. Anosmia jadi pertanda awal, menu makan dan berbagai aroma disekitar ruang tidurku hilang tanpa pemberitahuan sebelumnya. Tidak bisa mengindetifikasi aroma wangi maupun sebaliknya, membuat situasi kita berbeda dari sebelumnya. Opsi antara harus dirawat di rumah sakit atau ISOMAN (isolasi mandiri di rumah) menjadi pilihan yang tidak mudah. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya saya pilih isolasi mandiri, berpisah sementara dari dunia luar. Berpisah dari keluarga, teman kerja dan lingkungan keseharian. Demi kemaslahatan yang lebih luas, kesehatan banyak orang. Dengan konsekuensi minimal 10 hari kedepan, membatasi mobilitas untuk menetap di tempat terpisah dari khalayak. Menjadi sebuah keharusan yang mesti dinikmati dengan ikhlas.

Pagi di hari pertama, badan masih lelah. Tidak ada demam, meski nafas sedikit terengah-engah disela-sela aktifitas ringan. Saya sengaja tidak mengumumkan kondisi saya. Janji dengan relasi yang sudah tersusun, akhirnya sebagian besar dijadwal ulang. Yang tidak mendesak untuk dilaksanakan segera saya batalkan. Masuklah secara perlahan, kekosongan aktifitas harian yang menyiksa. Terbiasa padat jadwal, terisi dengan komunikasi dengan relasi. Atau jadwal rapat berurutan dalam satu hari, baik itu online maupun offline. Tiba-tiba saja hilang senyap. Isoman membuat kegiatan harian tidak jauh-jauh dari : berolahraga, berjemur sinar matahari pagi, makan menu sehat tiga kali sehari dan mengkonsumsi vitamin serta obat dari dokter. Alhamdulillah terlepas dari rasa jenuh, kehilangan nuansa rutinitas pra-covid. Mulai terbentuklah aktifitas baru selama isoman ini.  Dan aktifitas yang paling banyak menyita waktu adalah mengakses media sosial, hehehe… Mulai menikmati berbagai chanel Youtube tips kebiasaan banyak orang sukses, laporan sajian olahraga dan konten musik, jadi menu sarapan kedua. Mendesain dan memperbaiki konten Instagram maupun blog yang selama ini “mangkrak” tiba-tiba jadi PR harian. Boring sih.. namun banyak sekali manfaatnya. Sempat juga terbersit di pikiran, kalau aktifitas isolasi mandiri yang kita lakukan saja sudah membuat bosan!? Bagaimana dengan aktifitas tenaga kesehatan di luar sana ya???  Kalau direnungkan, selama pandemi berlangsung,  para nakes benar-benar menjadi pribadi yang perlu diapresiasi tinggi-tinggi. Mengapa? Sebagai penjaga garis depan penanganan pandemi covid-19, mereka layaknya prajurit yang harus patuh akan perintah. Dan… siap kapan saja tertembak musuh, menemui ajal. Berita bahwa koridor banyak rumah sakit penuh sesak, bukan hanya membuat miris para nakes. Khususnya terkait tugas menangani limpahan pasien yang datang minta ditangani secara medis. Kita pun sebagai pemirsa siaran pemberitaan media massa juga sedikit terpangaruh, dengan tayangan yang sempat viral beberapa waktu lalu. Karena itu, saya berjanji sejak hari kedua isolasi mandiri, tidak akan membagikan berbagai tema negatif lewat medsos yang saya miliki.

Konten saya-pun berkisar di berita kemenangan dalam kompetisi olahraga dan banyak hal inspiratif lainnya. Tak lupa ada banyak do’a dan harapan  baik kepada Tuhan untuk menjaga para nakes kami di garda depan selama pandemi berlangsung. Tanpa saya sadari kebutuhan paket data naik drastis selama isoman ini. Saya tergelitik  promo GOKIL MAX di medsos! Paket data yang dibandrol tiga puluh ribu perak sangat ekonomis buat kantong pelaku isoman macam saya, hehehe…. Dan kuota 90 GB-nya itu ugal-ugalan dan sangat memanjakan warganet. Berawal dari keppo, sayapun segera mengunduh aplikasi MySmartfren (apps. MySF) di playstore. Tujuannya adalah memudahkan saya dalam berlangganan paket data GOKIL MAX. Tidak terlalu mengecewakan sih.. kualitas paket datanya. Kalau kalian mau semudah saya berlangganan paket ini, saya rekomendasi download juga apps. MySF, apalagi ada challenge berhadiah di periode tanggal 20 Juli – 31 Agustus 2021 lho! Mulai dari bonus pulsa sampai hadiah rumah! Wow.. wow.. wow.. beruntung banget ya kalau bisa dapat rumah, hehehe.. Nah, yang menarik bagi saya adalah hadiah HP REDMI 8A Pro. Maklum REDMI seri 5, punya saya sudah mulai harus sering dibersihkan memori videonya. Kalau tidak, unggahan konten saya ke Instagram akan lama pakai banget nantinya!  Akhirnya isolasi mandiri yang saya lakukan telah berhasil melalui hari kesepuluh. Kondisi badan saya pasca vaksin kedua mulai membaik. Hasil PCR-pun menegaskan saya boleh beraktifitas normal kembali. Meskipun tetap harus mengedepankan protokol kesehatan. Dari pengalaman ini, saya kemudian berandai-andai. Saat Pemerintah kembali mengedepankan UUD 1945, dimana salah satu amanatnya adalah mensejahterakan rakyatnya. Maka, tahun-tahun mendatang kelayakan fasilitas kesehatan di Republik ini, harus semakin berkualitas pelayanannya. Jaminan kesehatan bagi seluruh anak bangsa-pun harus mulai dipenuhi oleh negara. Sehingga warga kurang mampu-pun tidak harus termakan paradigma “sakit hanya buat orang mampu (baca : kaya)” Aammiin..  (CBon)

(berdasarkan pengalaman nyata yang kami alami sebagai penyintas covid 19)

2 comments: