Thursday, August 29, 2019

Momen bersama pegiat KIM Nusantara (2017).
Jambangan Hijau - Teks Lagu Nasional Dari Sabang sampai Merauke.
Dari Sabang sampai Merauke.
Berjajar pulau-pulau.
Sambung memnyambung menjadi satu.
Itulah Indonesia.
Indonesia tanah airku.
Aku berjanji padamu.
Menjunjung tanah airku.
Tanah airku Indonesia.
(R. Soerardjo/R. Suharjo)

Salah satu lirik lagu yang membuat rasa nasionalisme saya membuncah. Kala menyanyikannya baik seorang diri maupun beramai-ramai di berbagai momen. Tiba-tiba terkenang masa saat masih menjadi anggota Praja Muda Karana. Saya pernah melalui jenjang Siaga mula, Siaga bantu hingga Siaga Tata. Di level selanjutnya, Penggalang Ramu, Rakit dan Terap. Kala itu saat berusia belasan tahun. Saya sempat mengikuti ajang pertemuan antar Pramuka Penggalang. Lebih dikenal dengan nama Jambore. Tidak cukup sampai disitu pada ajang kompetisi antar Pramuka Penggalang yang bernama Lomba Tingkat. Regu Elang nama kumpulan kami, beberapa kali menyabet juara. Momen terakhir pada pendidikan nonformal di Indonesia yang bernama Pramuka. Adalah saya alami setelah lulus SMA. Saat dengan bangga memamerkan kepada keluarga, baju coklat muda dengan pangkat dua kelapa dipundak. Kami menyebutnya sebagai Penegak Bantara. Sambil aktif berorganisasi di Kepanduan Indonesia, saya sempat membina adik-adik Penggalang di salah satu SMP Negeri di Surabaya.  Tempat kami menempuh pendidikan tiga tahun pasca lulus Sekolah Dasar di Republik Indonesia. Saya mengakhiri karir ke-pramuka-an saat bergabung menjadi Pengurus Hizbul Wathon periode pertama di Tingkat Daerah, Kota Surabaya.

Alert (dering telpon pintar) milik saya berbunyi seperti menyapa. Saat itu posisi saya sedang berbincang santai dengan Sekretaris Forum KIM Kota Surabaya, cak Ant di kantornya. Setelah membukanya, terbaca pesan di aplikasi WhatsApp yang tertulis seperti berikut : 

[Tamu] Mat sore mas, salam kenal mas dengan Ilham dari Diskominfo Merauke, boleh saya telpon mas...

[Saya] : Boleh, Silahkan..

Tiga puluh lima menit, telpon kami bersambung. Dan muncul berita, pak Ilham dan tiga rekannya berkenan untuk mengunjungi homebase KIM Jambangan Hijau di pinggir kali Surabaya. Tidak menyangka, masih banyak kawan-kawan dari luar Surabaya yang berkenan untuk berbagi pengalaman dengan kami. Selain rekomendasi dari Bunda Manik Sunuantari (pembina pegiat KIM Nusantara, beliau tinggal di Jakarta dan berkiprah selaku akademisi). Fakta ini juga membuktikan bahwa aktivitas kami di WhatsApp Group KIM Nusantara. Sejauh ini banyak mendapatkan perhatian dari kawan-kawan Diskominfo di luar Surabaya. Insha Allah kalau tidak ada halangan. Setelah kunjungan tugas ke Diskominfo Propinsi Jawa Timur Selasa (3/9).  Ilham beserta rombongan dari Merauke akan "dolan" ke Jambangan. Disampaikan kepada kami bahwa tahun ini beliau dan Dinas tempatnya bertugas. Melaksanakan penganggaran untuk melakukan pembinaan kepada pegiat KIM Merauke. Tentunya dengan menggunakan APBD untuk realisasi program kerja tahun 2020. Artinya kalau ada umur panjang dan rejeki dari Tuhan,  saya tahun depan akan diundang berbagi pengalaman kepada kawan-kawan pegiat KIM Merauke. Sebuah daerah paling selatan dari Propinsi Papua yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua New Guinea (Papua Nugini).

Ada dua hal yang kami rasakan saat ini. Satu sisi bangga karena potensi lokal kampung tempat kami tinggal akan terekspos keluar. Ada peluang menjadikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar kami tinggal. Bentuknya, akan ada penjualan oleh-oleh khas  Jambangan. Itu pasti. Nilai ekonomis lainnya adalah bakal terjualnya sajian kuliner lokal untuk menu makan siang para tamu. Plus terjadi tambahan hunian hotel di kota kami. Itulah mengapa sebagai warga kota kita harus ramah dan terbuka kepada para tamu. Dengan datangnya para tamu, pasti ada pemasukan berapa pun besarannya. Hal tersebut sesuai dengan fungsi dibentuknya Kelompok Informasi Masyarakat. Memunculkan nilai tambah di masyarakat, selain fungsi lain menjadi agen Informasi dua arah. Dari Pemerintah kepada masyarakat, maupun sebaliknya. Perasaan kedua adalah sedih. Ya sedih karena masih ada anak bangsa (beberapa pemuda Papua yang tinggal di wilayah NKRI) namun meneriakkan gerakan separatis (aksi memisahkan diri dari Indonesia). Semoga kondisi ini segera berakhir. Kalau sekarang ada awan gelap menyelimuti bumi Surabaya. Karena ulah segelintir anak muda yang tidak paham makna Persatuan Indonesia. Badai pasti akan berlalu. Dan kita tunggu saat seluruh elemen anak bangsa segera merapatkan barisan. Bersatu padu untuk kejayaan NKRI. Merdeka! (B.n.P.Y.)

0 comments:

Post a Comment