Thursday, April 11, 2019

Masjid Jami' Sumenep (dok. Pribadi)
Jambangan Hijau - Pagi itu setelah Subuhan, saya buru-buru setrika dan menyiapkan baju Seragam Forum KIM Kota Surabaya, dan baju  seragam sekolahA Aisyah utuk dipakai hari ini. Tepat pukul 06.05 tugas beralih sebagai JePri (ojek pribadi) Ibu Negara ke stasiun Malang Kota Baru. Selanjutnya Bundanya Aisyah melanjutkan perjalanan ke Surabaya tempatnya bekerja dengan KA Penataran. Lanjut mandi pagi, persiapkan kelengkapan kerja dan materi FGD dengan pegiat KIM Kabupaten Sumenep. Pukul tujuh kurang lima belas menit, giliran anak bangsa harus diantarkan ke sekolahnya. Sesudah berpamitan pada kedua mertua, saya dan Aisyah berangkat. Cium tangan Ayah Boni, lanjut SunPal (cium kepala, ciri khas saya sebelum berpisah dengan anak semata wayang) saya pada gadis 9 tahun ini. Setelah meninggalkan ayahnya, sambil berlari kecil menjumpai beberapa kawan sekolah yang sudah berhamburan menjemputnya di Gerbang masuk k.e Sekolahnya. Demikian rutinitas kami sekeluarga setiap hari Senin pagi dari Batu, tempat kami tinggal di akhir Minggu.

Hari Senin (8/4/2019), saya harus menempuh perjalanan hampir 280 km untuk menghadiri undangan FGD dari kawan pegiat KIM Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep. Kota paling timur dari Pulau Garam, Madura. Jufriyanto nama kawan saya, harus menelpon sampaie beberapa kali memastikan kesiapan dan kehadiran saya ke kotanya. "Tapi maaf Cak Bon, ga ada anggaran untuk honor pembicaranya!?" tambahnya dengan ucapan lirih was-was, menunggu jawaban saya. Sengaja saya berdiam sebentar sambil kemudian keluar kalimat, Insha Allah saya hadir Pak Juprek ( panggilan akrab saya untuk nya ). Alhamdulillah, jawabnya. Soal owang minyak, beres pokoknya, yang penting sampiyan nyampe Sumenep dulu, cerocosnya penuh semangat. Ini dari dua puluh tujuh wakil pegiat KIM di kecamatan se-Sumenep, sudah konfirm hadir sepuluh orang. Saya tunggu ya, pas jam 13.00 waktu Sumenep, kata Juprek.

Meskipun sudah berusaha berangkat lebih awal, jam 13.45 saya baru bisa singgah di Alun-alun Sumenep, persis depan Masjid Jami' nya yang cantik. Arsitekturnya khas tempat ibadah tempo dulu. Atap macam Masjid Demak, tapi ada gapura model kerajaan Hindu sebelum memasuki serambi utama masjid. Segera saya dijemput Juprek dengan Vario merahnya dan meluncur ke tempat FGD berlangsung. Sepuluh menit kemudian kami sudah sampai ke tempat yang dituju. Kantor Diskominfo Kabupaten Sumenep terletak di desa Pabian atau tepatnya di Jl. KH. Mansur No. 71 Sumenep. Beda dengan Kantor Dinas Kominfo Kota Surabaya yang berada di Lantai V Gedung Pemkot Surabaya, jalan Jimerto 25-27 yang berlantai enam. Kantor yang kami datangi hanya satu lantai dengan suasana lenggang. Pas untuk istirahat tidur siang nih, sepi keadaannya, pikir saya nakal kala itu.

FGD dengan 8 pegiat KIM & Diskominfo Sumenep 
Para pegiat KIM di Kabupaten Sumenep memang luar biasa. Meskipun saya terlambat 50 menit, tapi delapan dari sepuluh pegiat yang berencana hadir tetap menunggu dengan sabar. Mereka berdelapan yang menyempatkan hadir berasal dari kecamatan, Dasuk, Manding, Ganding, Batang-batang, Saronggi, Bluto, Ambunten dan Rubaru. Sumenep menurut saya termasuk salah  satu Kabupaten di Jawa Timur yang unik dan khas. Mengapa demikian? Kabupaten Sumenep (bahasa Madura: Songènèb)  ini memiliki 334 desa, luasan wilayahnya 2.093,45 km² dengan populasi 1.041.915 jiwa. Kota Sumenep, adalah pusat pemerintahannya. Kabupaten ini memiliki kurang lebih 126 pulau, baik yang berpenghuni ataupun tidak. Beberapa pulau besar menjadi kecamatan tersendiri. Seperti pulau Ra'as, pulau Sepeken, Giliginting dan Masalembu. Sumenep adalah Kabupaten Kepulauan, miniatur Indonesia di Jawa Tikir. Hebatnya lagi dari total 27 kecamatan yang ada, semuanya sudah memiliki pegiat KIM yang aktif menulis laporan kegiatan harian wilayah kecamatan masing-masing, via blognya.

Hariri, SE., M.Si., Kepala Bidang Komunikasi Publik Dinas Kominfo Kabupaten Sumenep membuka acara FGD pegiat KIM Kabupaten Sumenep dengan bacaan Basmallah. Kemudian melanjutkan dengan analogi cerita Burung Bul-Bul, yang melegenda di jaman Nabi Sulaiman. Sang burung inilah penyampai pesan ke Ratu Balqis. Cepat, Akurat dan anti Hoaks, demikian semangat Bul-Bul yang harus diadopsi para pegiat KIM. Saat saya diminta menjelaskan dan berbagi pengalaman empat tahun menjadi nahkoda KIM Kota Surabaya yang terdiri dari 31 Kecamatan dan 154 Kelurahan. Juga sempat ditanya tentang tips dan trik menulis blog biar viral. Saya jawab, kita harus jujur dalam bertutur, dengan acuan dasar 5W1H dan banyak membaca untuk memperkaya pengetahuan serta referensi. Terakhir saya usulkan kawan-kawan di Sumenep harus memiliki fanpage FB, untuk mendiseminasikan blog-nya lebih besar dan jauh menambah jangkauan pembacanya. Hal tersebut mencontoh Fanpage Kabar Surabaya yang sudah memiliki pengikut dan disukai lebih dari 100K, sejak berdirinya 3 tahun lalu. (BnPY)

0 comments:

Post a Comment